Rabu, 21 Agustus 2013

Mencintai-MU semampuku

Mencintai-MU semampuku


Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar,
yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya
meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarga.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad.
Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dienMu.

Izinkan aku mencintaiMu,
melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di
perempatan jalan,
pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan.
Pada makanan-makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.

Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang
shahabat NabiMu
hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya.
Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu,
dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata,
meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib,
yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu.
Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku.
Dalam satu dua sunnah nafilahMu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku.

Yaa, Maha Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah,
yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah
harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah,
yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu.
Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu.
Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan
sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu.

Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan sedikit pengajaran
bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya,
bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya,
dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya.
Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku,
dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam
semesta.
Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii

Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku.
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang
nadiku.

Surat Si Fakir buat Tuan Presidennya

Surat Si Fakir buat Tuan Presidennya

20 Oktober 2011 pukul 16:39
Tuan Presiden,
Sesungguhnya saya si Fakir yang hina dina ini tak mau peduli dengan apapun yang tuan lakukan. Tuan mau reshuffle kabinet hingga seratus kali sekalipun tetap tak ada pengaruhnya terhadap saya. Atau, tuan mau membiarkan para koruptor berkeliaran semau gue tetap saja tidak ada pengaruhnya juga bagi saya. Bahkan, mungkin juga tak ada pengaruhnya juga buat sekian ratus juta rakyat Indonesia.
Terlebih lagi sayapun tidak mau ambil peduli dengan segala macam hal-hal yang berhubungan dengan tata cara tuan menyelenggarakan negara. Namun, saya sebagai Warga Negara Indonesia sangat kecewa bahkan sangat jengkel dan marah kepada tuan. Ketika tuan mengabaikan kepentingan dan harkat hidup serta martabat anak-anak bangsa dalam hal;
  1. Mendapatkan kesempatan mengenyam Pendidikan yang layak bagi anak-anak petani, nelayan, buruh pabrik, dan anak-anak pemulung dlsbnya; Bagaimana dengan kemiskinan yang masih merata?
  2. Membiarkan sawah-sawah petani terbengkalai (banyak persoalan krusial yang menyertai dalam kasus ini) termasuk juga membiarkan harga pupuk di monopoli dan dikendalikan oleh pelaku kekuatan ekonomi borjuis kapital. Yang inikah dimaksudkan oleh wakil tuan yang terhormat itu penyeragaman neolib?
  3. Membiarkan harga SEMBAKO melambung-lambung semau gue.
  4. Membiarkan masuknya garam produk asing masuk ke negeri ini. Sungguh, ini aneh tuan. Negeri yang dikelilingi oleh laut yang maha luas yang nota bene sebagai ‘pabrik’ garam alamiah khoq malah mengimpor garam.
  5. Membiarkan wilayah perbatasan (hak otoritas teritorial) bangsa ini dicaplok dengan cara yang culas oleh negeri tetangga.

Tuan Presiden,
Menurut guru IPS Sekolah Dasar saya bahwa negeri ini luas daratannya 1.922.570 km2 dan luas perairan lautnya mencapai 3.257.483 km2 (belum termasuk perairan ZEE). Kata guru IPS saya lagi bahwa jika ditambahkan dengan ZEE, maka total luas perairan negeri ini sekitar 7,9 juta km2 dan atau 81% dari luas keseluruhan negeri ini.
Tuan, apakah artinya itu?
Ya artinya negeri kita ini adalah negeri maritim. Nah, jika negeri ini adalah negeri maritim. Lantas, kenapa tuan sangat memrioritaskan industri-industri wilayah daratan? Oke, katakanlah bahwa tuan sangat peduli dengan pengembangan industri wilayah daratan (tambang, hutan, pabrik, teknologi industri dlsbnya); lantas, kenapa negeri ini ekonominya semakin terpuruk tuan? Berhentilah membiarkan pengeksplotasian secara membabibuta potensi Sumber Daya Alam yang tak terbaharukan di negeri ini.
Oke, saya lanjut lagi tuan. Jika memang tuan sangat peduli dengan pengembangan dan pengolahan wilayah daratan. Lantas, kenapa tuan terkesan keder dan tak mau ambil peduli ketika negeri tetangga yang bernama si malaysia itu mencaplok tanah negeri ini yang didapatkan dari hasil perjuangan dan aliran tetesan sekian juta liter darah anak bangsa? Kenapa! Kenapa tuan?

Tuan Presiden,
Saya si Fakir yang hina dina ini sangat gelisah dengan sifat ambigumu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemberdayaan potensi sumber daya alam. Sungguh, saya tidak habis fikir, apa yang sesungguhnya terlintas dalam fikiran Anda tentang negeri ini Tuan? Sebagaimana kata guru IPS saya. Tuan khan sudah sangat tahu bahwa negeri ini adalah negeri maritim. Kenapa pula tuan tidak berdayakan secara optimal potensi sumber daya kelautannya? Apakah yang tuan maksudkan memberdayakan potensi sumber daya kelautan negeri ini adalah mengadakan event pariwisata? Jika itu yang tuan maksudkan maka saya sebagai si fakir akan berhenti pada TITIK NOL hanya untuk sekadar tertawa terbahak-bahak sambil meringis perih. Jika memang benar seperti itu yang tuan maksudkan.
Tuan, berhentilah memelihara dan membiarkan kaum borjuis kapitalisme yang berlindung dibalik topeng neo-liberalisme menjajah negeri ini. Tuan juga wajib dan harus menghentikan secara paksa para pelaku-pelaku pemangsa uang rakyat yang bernama KORUPTOR pada sebuah lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa. Mereka ada diberbagai lingkaran kekuasaanmu tuan. Kenapa tuan tidak mewaspadai hal ini?
Tuan, ada satu hal yang sangat berbahaya di negeri ini dan kelihatannya tuan tidak mau ambil peduli. Yakni, ketika tuan tidak menyadari bahwa di negeri ini telah lahir sekian banyak bayi-bayi Harimau, Ular Sanca serta bayi-bayi Serigala dan kawan-kawannya. Atau, jangan-jangan tuan memang sudah tahu keberadaan bayi-bayi liar itu? Jika tuan sudah tahu, kenapa pula tuan membiarkan mereka melekat pada dinding-dinding istanamu tuan? Apakah ini bagian dari desain besarmu dalam menyongsong 2014 tuan?

Tuan Presiden,
Saya sebagai si Fakir yang hina dina ini adalah Warga Negara yang menanamkan dalam dada saya secara utuh Pancasila dan UUD’45. menyampaikan kepadamu wahai Tuan Presiden;
“Sudahilah berbagai macam politisasi pencitraan sebagaimana yang sering tuan lakukan selama ini. Negeri ini sangat membutuhkan tangan-tangan yang bersih dan berwibawa dalam rangka membawa negeri ini kepanggung Internasional untuk menjadi bangsa yang dihormati dan disegani diberbagai lini dalam berbangsa dan bernegara. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh 2 orang pejantan negeri ini sebelumnya yakni; Bung KARNO dan Pak HARTO!”
Tuan Presiden yang saya hormati. Dengan segala kerendahan hati seorang Fakir, saya akhiri surat saya ini dengan satu pesan “Rahasia Hati” buat Anda;
“Bersegera dirilah kembali kelaut sebelum matahari merasa menyesal terbit dari arah barat dan terbenam di ufuk timur”

Salam,
Dari seorang Fakir yang hina dina di Serambi Sentul
SUMBER : http://fiksi.kompasiana.com/drama/2011/10/20/surat-si-fakir-buat-tuan-presidennya/